Sunday, 26 October 2014

untuk anak-anakku kelak






sayang...

aku sadar bahkan saat aku menulis ini, kau dan saudara-saudaramu masih belum
ada.

Dari ketiadaan itu kelak akan ada "ada" bila Tuhan berkehendak.

Entahlah, mungkin malam ini aku hanya sedang berimajinasi seperti kemarin malam
dan malam-malam sebelumnya setelah aku mengenal kata.



Sayang...

Bila suatu saat kau dan saudara-saudaramu ada, lahir dan tumbuh kembang, aku
ingin sekali kalian mahir "membaca" dan "menulis".

dan kau serta saudara-saudaramu akan membaca ini, tulisan Ibumu menjelang malam.



Sayangku...

Hidup ini tak seperti yang kita bayangkan seperti ketika kita masih melewati
masa kanak-kanak yang ceria, bermain dan menangis minta dibelikan sesuatu. Aku
yakin pasti kau dan saudara-saudaramu sudah melewatinya dan berpikir tentang
penggambaran hidup selanjutnya yang mungkin kau anggap mudah. Aku yakin itu
sebab aku lebih dulu hidup dan punya masa kecil juga.



Anakku...

bacalah sesuatu tentang hidupmu nanti dan tulislah. Jangan sekali-kali kau
menulis tanpa 'acuan' sebab itu terkesan sesat. Jangan pula sekali-kali kau
membaca sesuatu yang bisa mendoktrin jiwa manusiawimu yang punya adab, aturan,
dan hukum yang dibuat endatumu sesuai ajaran agama kita, sebab itu akan lebih
menyesatkan.



Darah dagingku...

kelak kau akan hidup dijaman yang berbeda dengan jaman yang kulalui kini. Akan
lebih banyak lahir bayi-bayi iblis dan setan untuk membujukmu menemaninya
dilembah azab neraka. Maka , berhati-hatilah kalian.



Anakku yang kucintai...

kuceritakan padamu tentang satu masa yang akan kau lalui dihidupmu, yakni masa
keemasan, masa muda yang penuh gairah.

Dimasa itu, dinding hatimu akan mudah sekali rapuh bila tak kau lapisi iman
yang kuat. Segala macam embel-embel dunia fana ini akan terlihat begitu menarik
perhatianmu kala itu. Aku berharap kau dan saudara-saudaramu bisa melaluinya
dengan hal-hal yang tidak membawamu kearah kiri. Sebabku takut sekali. Takut
benih-benihku rusak. Takut bayi-bayi yang keluar dari rahimku menjadi peramai
neraka.



Cintaku yang kukasihi...

Ketika kau dan saudara-saudaramu mulai bisa "membaca", aku harap
kalian akan membaca kitab yang satu, dimana segala ilmu dan seluk beluknya ada
disana. Jadikanlah itu pedoman dalam hidup kalian.



Anakku...

jangan lupa perjanjianmu dengan Tuhan, hidup kita ini hanya pinjaman yang suatu
waktu harus kita kembalikan.

Karnanya, pergunakanlah waktu ini dengan tidak henti menabung untuk bekal
kepulangan kita nanti.



Anakku belahan jiwaku...

Aku Ibumu, berharap kelak kita akan ditempatkan bersama dalam tenpat yang baik.


kukandung kau dan saudara-saudaramu guna menunaikan tugasku sebagai perempuan
untuk mengisi dan meneruskan peradaban selanjutnya. Nanti akan kau tau setelah
membacanya (kitab itu)



Anakku yang kusayang...

Hidupkanlah kembali hidupmu bila suatu saat kau merasa ingin berhenti. Jangan
biarkan bisikan musuh kita itu memenuhi rongga telingamu sebab bisa saja hidup
ini seolah hanya dihidup-hidupkan. Akan banyak badai dan topan mengganggumu dan
saudara-saudaramu. Bila begitu, tarik nakhoda dan naikkanlah layar taqwa
setinggi-tingginya. Hanya itu cara kita bisa melalui musim mengerikan itu,
sayangku.



Anakku, generasiku...

ukirlah sejarah dengan tangan sucimu, ciptakan dunia yang damai dihatimu lalu
sebarkan.



Sayangku...

Kau dan saudara-saudaramu akan menjadi kebanggaanku nantinya.

Biasanya aku akan merasa bangga bila dulu kakek nenekmu berkata demikian, lalu
aku akan mencari sesuatu yang bisa kulakukan hingga membuat mereka bangga,
meski tidak terlalu besar. Pun aku yakin kau demikian.



Sayangku, putra putriku...

ketika kalian selesai membaca ini lalu mulailah berencana untuk meninggalkan
sesuatu untuk anak cucu kalian kelak, meski itu kedengarannya konyol tapi
yakinlah kau akan merasa puas ketika mereka bisa membaca pesan-pesan
sederhanamu, meskipun kau telah tiada nantinya. Harapmu kau akan bangga karna
tak pun bertatap wajah dengan cucu-cucumu, tapi isi kepalamu bisa mereka resapi
setelah membaca pesanmu. Seperti yang kulakukan saat ini.



Cintaku, pujaan hatiku...

kutulis pesan terakhir dibait yang terakhir ini tentang waktu ; bersahabatlah dengan
waktu meski sekali-sekali ia bisa menjadi congkak, Nak. Dimensi kediamannya itu
akan buatmu tau bahwa sebenarnya ia tak pernah diam. Karnanya, ia minta dipakai
sebaik dan seberguna mungkin. Agar kelak ia juga yang mempertemukan kita
kembali disatu masa ditempat yang baik bila Tuhan berkehendak.

Segalanya dengan cara yang baik, kau akan tau bila kau bisa membaca dan menulis
dengan baik.



Dari Ibumu, dengan penuh cinta...

<3

No comments:

Post a Comment